Toxic Work Environment
![](https://static.wixstatic.com/media/4d89d1_93035895c5384c9a874b44892e05f33b~mv2.png/v1/fill/w_980,h_1386,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/4d89d1_93035895c5384c9a874b44892e05f33b~mv2.png)
Kata toxic sendiri saat ini sudah sering kita dengar. Awalnya mungkin kata ini lebih digunakan untuk mendeskripsikan benda. Namun, saat ini tak jarang kata toxic digunakan untuk mendeskripsikan sifat atau keadaan, mulai dari dalam suatu hubungan percintaan, Keluarga, ataupun dalam dunia pekerjaan. Dalam Cambridge Dictionary, kata toxic sendiri merupakan adjektif dan bisa diartikan beracun dalam bahasa indonesia. Dimana bisa kita katakan juga bahwa sesuatu yang toxic/beracun itu tidak sehat dan tidak baik bagi manusia. Lalu, apakah yang dimaksud dengan toxic work environment? toxic work environment adalah kondisi lingkungan kerja yang buruk, dimana dapat menyebabkan beberapa ketidak stabilan dalam kegiatan bekerja didalamnya.
Dalam masa pandemi seperti ini, kata toxic dalam pekerjaan cukup banyak terdengar dengan case yang berbeda beda. Toxic dalam hal pekerjaan ini casenya bisa melibatkan antara karyawan dengan karyawan, Karyawan dengan atasan, atau bahkan karyawan dengan job desk mereka sendiri. Hal ini sendiri jika tidak ditangani dengan baik akan mengarah ke suatu keputusan untuk RESIGN. Menurut carrercontessa.com, salah satu 10 tanda bahwa kamu sedang ada di dalam toxic work environment adalah komunikasi yang buruk.
Komunikasi sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam setiap hubungan. Dalam lingkungan pekerjaan, jika komunikasi diantara karyawan dan atasan tidak berlansung secara baik, akan menjadi suatu masalah kedepannya. Salah satu contoh komunikasi yang buruk adalah penyampaian tugas yang tidak jelas, pesan yang diterimah setiap karyawan berbeda beda, komunikasi yang pasif – agresif, dan juga tidak adanya waktu untuk mendengarkan satu sama lain.
Selain komunikasi yang buruk, dalam carrercontessa.com juga menyebutkan bahwa kebiasaan bergosip menjadi salah satu yang dapat menciptakan toxic work evironment. Hal ini disebabkan karena gosip sendiri lebih sering bersifat negatif ketimbang positif dan semakin banyak kita mendengar kabar negatif mengenai linkungan kerja kita, secara tidak sadar, alam bawah sadar kita akan mempercayai akan adanya gosip itu dan mulai berfikir negatif mengenai tempat kerja kita.
Salah satu hal yang tidak kalah penting dalam menciptakan toxic work environment adalah bad leadership. Bayak sekali hal dalam kepemimpinan yang buruk yang kemudian dapat menciptakan toxic work environment. Beberapa contoh kepemimpinan yang buruk dari beberapa leader adalah leader yang terlalu micromanaging setiap kegiatan anak anaknya dan selalu mengoreksi setiap hal yang dilakukan anaknya, tidak menerimah atau merusak keputusan ada dalam setiap pekerjaan, selalu menyalahkan anaknya atas beberapa kesalahan yang terjadi tanda mengurut kembali kejadian yang sebenarnya dan mencari benang merahnya, tidak menghormati waktu anda dan mengirim email atau tugas pada tengah malam, dan hanya mendekati anak anak yang memang mencari muka kepada mereka saja.
Selain dari 3 hal diatas, sebenarnya masih ada banyak lagi hal yang dapat membuat toxic work environment dalam pekerjaan. Namun, selain fokus dalam hal tersebut, jika memang kita sudah mendapati beberapa tandanya, maka kita juga harus mulai untuk fokus dalam cara untuk mengatasi toxic work environment tersebut. Hal itu sendiri bisa dimulai dari diri sendiri. Bagaimanapun, bekerja bukan hanya untuk menyenangkan perusahaan saja tapi kita pun harus senang dalam melakukan pekerjaan yang kita tekuni, stay positive, berpintar lah dalam memberikan informasi agar tidak menjadi bahan gossip dan menjadi toxic. Bekerja lah dengan serius, fokus bidangnya masing-masing, dan berikan value yang baik dengan perusahaan. Perusahaan boleh menjadi toxic tapi diri sendiri jangan menjadi toxic atau menyebar toxic. Lakukan beberapa kegiatan diluar kerjaan jika memang dibutuhkan untuk membuat diri lebih positif. Contohnya bisa mengambil kelas yoga, melakukan mediatasi, jalan jalan sore di taman, atau bahkan sesekali makan makanan kesukaan dari restoran favorit.
Comentários